Thursday, September 20, 2012

When You Love Music than Food

15 menit yang lalu gue baru aja selesai nonton film, judulnya August Rush. Beberapa hari yang lalu gue dikasi film ini sama salah satu sab sob - an gue, Farid. Iseng, malem ini gue tonton gara gara ga tau lagi mau nonton film apa di laptop. And i've found somethin wonderfull...

Lyla is a musician, lead an orchest. Louise is a guitarist and lead a band. Lyla and Louis meet each other by sound of music , at a rooftop, and then it bring em a love. Ya, seperti  biasa they made love. Tapi sesuatu terjadi, mereka musti pisah untuk beberapa jam, dan udah janji bakal ketemu di satu tempat, jam 10. Tapi buruknya mereka jadi kepisah sekitar 10 tahun, dan Lyla dalam keadaan hamil.

Evan Taylor, a boy who has a greatest gift , i think, wondering to find his parents. He tried to find em just by following the sound of music, his soul. Saat itu tak satu alat musik pun bisa ia mainkan, jangankan gitar, bersiul pun ia tak tau caranya. Dan hingga pada akhirnya dia dipertemukan dengan sebuah gitar, and you know, he played that thing differently but its sounds wonderful.

Mencari dan mencari, bertualang dengan musik, musik mengajarinya banyak hal, hitam, putih, warna warni.

Gue suka film ini mulai dari menit menit awal, gimana si sutradara menggambarkan how a little composer lead the grass and feel their sound. Hingga bagaimana seorang bocah polos mencoba bersiul untuk pertama kalinya di umur 11 tahun 16 hari, dan si anak itu menghitungnya. Then how a couple play music at different place, time, and genre can be in a one song, what a wonderful mind blowing. Lalu bagaimana kejadian kejadian besar yang dihadapi August with his soul of sound.

Sebuah kecocokan gue sama karakter anak di film ini adalah, how to believe a moment, you must believe lots of moment bring you something huge, but it will huge just when you trust it huge.

Dan gue nangis di ending film ini ... 

No comments:

Post a Comment